Minggu, 03 Februari 2013

MAKNA DAN TUJUAN KEHIDUPAN

apa yang kita cari dalam kehidupan ini?
manusia hidup pasti punya tujuan, mau dibawa kemana arah hidupnya?
sebelumnya mari kita telaah makna kehidupan?
apa itu hidup...??
Jawaban dari pertanyaan tadi bisa jadi beragam, namun ada satu hal yang perlu diperhatikan : Jawaban dari pertanyaan tersebut mencerminkan keyakinan anda atas kehidupan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka dari itu, hari hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani kehidupannya dengan “memecahkan tantangan”. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dicapai tujuannya. Maka dari itu dia akan menjalani kehidupannya dengan “berjalan” diatasnya.

Kehidupan Kekal sebagai tujuan manusia hidup, Tuhan menciptakan manusia sangat mencintai ciptaan Nya karena Tuhan sendiri yang membentuknya dari debu tanah dan memberikan nafas hidup kepada manusia. Kita kepunyaan Tuhan milik kesayangan Tuhan begitu berharga dan mulia dalam pandangan-Nya .Inilah yang Tuhan kehendaki agar tujuan hidup manusia tidak binasa melainkan hidup yang kekal, hidup kekal bersama Tuhan Yang Maha Esa di Surga. Surga adalah Mahkota Kehidupan, kemuliaan yang tidak layu, inilah Tujuan “Perjuangan Hidup Manusia “.
Kita menyadari bahwa tujuan mulia ini lebih mulia dan lebih besar dari pada tujuan hidup yang lain, maka kita hendaklah menintegrasikan atau meyatukan tujuan duniawi kedalam tujuan akhirat / surga.Dengan demikian maka akan lebih dekat dengan Tuhan lebih dekat dengan keselamatan dan kehidupan kekal. Bila orang beriman membuka diri kepada Allah dengan tinggal didalam Tuhan dan mengasihi Tuhan maka Allah akan datang dan bersemayam didalam hatinya, dan kuasa kehadiran Nya itu akan mengubah hatinya menjadi seperti didalam surga dimana yang ada hanyalah Cinta Kasih dan tidak ada tempat untuk dosa dan kejahatan. Maka bila hati nurani kita benar – benar disucikan / dibersihkan barulah kita dapat merasakan kemanisan kemuliaan surga kekal. Meskipun masih di dunia fana ini, kita sudah boleh merasakan sedikit kemanisan surga. Dalam hidupnya yang sekarang ini jiwa yang telah bersatu dengan Tuhan akan dibawa masuk oleh Tuhan sendiri kedalam hidup-Nya yang Kekal. Jadi hidup yang kekal telah di anugerahkan kepada orang yang berkenan kepada Nya hanya setelah meninggalkan dunia fana ini walaupun belum sempurna.

Sebagai penutup renungkanlah sikap yang diambil oleh kita sendiri dalam menghadapi panggilan hidup harapan saya saudara – saudara Warga Persaudaraan Setia Hati Terate dimanapun berada dapat memahami serta menghayati Ilmu Kemanusiaan dan Ilmu Kehidupan yang benar – benar sangat mulia ini.

Sabtu, 02 Februari 2013

SAPTA WASITA TAMA

 

Pedoman hidup seorang SH-wan ialah Sapta Wasita Tama, yang artinya sapta (tujuh),wasita(ajaran/pedoman),tama
(utama/luhur) dengan demikian Sapta Wasita Tama berarti tujuh pedoman yang luhur menjadi sendi – sendi kehidupan rohani SH, melaksanakan tata kehidupan bermasyarakat.

SAPTA WASITA TAMA

1. Tuhan menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda sebelum
disabda (dumadi) alam seisinya itu ada pada yang Menyabda.
2. Setelah alam semesta seisinya ada (Disabda) Tuhan menyertai
sabdaNya.
3. Barang siapa meninggalkan AS-nya tergelincirlah ia oleh lingkungan
sekelilingnya (omgeving).
4.Barang siapa meninggalkan keseimbangan, tergelincirlah ia
5.Barang siapa melupakan/meninggalkan permulaan, tak akan dapatlah
ia megakhirinya.
6.Barang siapa mengaku hasil karyanya menjadi milik sendiri
terbelengulah ia lahir bathin.
7.Barang siapa selalu melati merasakan “rasaning rasa”, Insya Allah
lambata laun ia akan kerasa ing rosing roso.

Rosoning roso ialah sumber dari rasa, keroso ing rosing roso ialah terasa atau merasakan inti pusat dari rasa. Inti pusat ini sering disebut rasa sejati, sejatining rasa, Kalbu, Hati Sanubari, Pribadi. Apabila orang tersebut telah “kerasa ing rosing rasa,” maka ia akan merasakan tanpa sarira, denga kata lain ia akan merasakan atau terasa yang tiada jasati, yang rohani, yang ghoib.

Yang pada hakekatnya Sapta Wasita Tama memberi bimbingan kearah kesadaran rohani yang mendalam, berhubungan antara sikap diri dan pribadi sebagai individu atau orang seorang terhadap diri pribadi sebagai totalitas yang utuh dan bulat. Proses ini sesungguhnya hanya merupakan satu tahap mengenal diri pribadi. Kesadaran yang rohani dan mendalam inilah akan membawa orang pada “rasa pengrasa” hidup dengan Tuhan dalam Tuhan. Kesadaran inilah sesungguhnya hasil daripada “mawas diri” yang dihayati dengan teratur, teliti dan tekun

ELING LAN WASPODHO

Dua buah kata populer yang berisi pesan-pesan mendalam dan dianggap wingit atau sakral. Namun tidak setiap orang mengerti secara persis apa yang dimaksud kedua istilah tersebut. Sebagian yang lain hanya tahu sekedar tahu saja namun kurang memahami apa makna yang tepat dan tersirat di dalamnya. Perlulah kiranya ada sedikit uraian agar supaya mudah dipahami dan dihayati dalam kehidupan konkrit sehari-hari oleh siapaun juga. Terlebih lagi pada saat di mana alam sedang bergolak banyak bencana dan musibah seperti saat ini. Keselamatan umat manusia tergantung sejauh mana ia bisa benar-benar menghayati kedua pepeling (peringatan) tersebut dalam kehidupan sehari. Sikap eling ini meliputi pemahaman asal usul dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.


ELING DIMENSI KETUHANAN


  1. Eling atau ingat, maksudnya ingat asal usul kita ada. Dari Tuhan dicipta melalui sang bapak dan sang ibu karena kehendak Tuhan (sangkaning dumadi). Pemahaman ini mengajak kita untuk menyadari bahwa tak ada cara untuk menafikkan penyebab adanya diri kita saat ini yakni sang Causa Prima atau Tuhan Maha Esa (God). Jadi orang harus tahu dan sadar diri untuk selalu manembah kepada Hyang Mahakuasa.

  2. Eling bahwa kita harus menjalani kehidupan di mercapadha ini sebagai syarat utama yang menentukan kemuliaaan kita hidup di alam kelanggengan nanti, di mana menjadi tempat tujuan kita ada di bumi (paraning dumadi). Manembah bukan hanya dalam batas sembah raga, namun lebih utama mempraktekan sikap manembah tersebut dalam pergaulan sehari-hari kehidupan bermasyarakat, meminjam istilah dari kitab samawiah sebagai habluminannas. Namun di sini menempuh habluminannas untuk menggapai habluminallah.



ELING DIMENSI KEMANUSIAAN


  1. Di samping manembah kepada Tuhan. Adalah keutamaan untuk eling sebagai manusia yang hidup bersama dan berdampingan sesama makhluk Tuhan. Instrospeksi diri atau mawas diri sebagai modal utama dalam pergaulan yang menjunjung tinggi perilaku utama (lakutama) yakni budi pekerti luhur, atau mulat laku kautamaning bebrayan. Dengan melakukan perenungan diri, mengingat atau eling dari mana dan siapa kita punya (behave), kita menjadi, kita berhasil, kita sukses. Kita tidak boleh “ngilang-ilangke” atau menghilangkan jejak dan tidak menghargai jasa baik orang lain kepada kita. Sebaliknya, eling sangkan paraning dumadi, berarti kita dituntut untuk bisa niteni kabecikaning liyan. Mengerti dan memahami kebaikan orang lain kepada kita. Bukan sebaliknya, selalu menghitung-hitung jasa baik kita kepada orang lain. Jika kita ingat dari mana asal muasal kesuksesan kita saat ini, kita akan selalu termotifasi untuk membalas jasa baik orang lain pernah lakukan. Sebab, hutang budi merupakan hutang paling berat. Jika kita kesulitan membalas budi kepada orang yang sama, balasan itu bisa kita teruskan kepada orang-orang lain. Artinya kita melakukan kebaikan yang sama kepada orang lainnya secara estafet.

  2. Eling bermakna sebagai pedoman tapa ngrame, melakukan kebaikan tanpa pamrih. Tidak hanya itu saja, kebaikan yang pernah kita lakukan seyogyanya dilupakan, dikubur dalam-dalam dari ingatan kita. Dalam pepatah disebutkan,” kebaikan orang lain tulislah di atas batu, dan tulislah di atas tanah kebaikan yang pernah kamu lakukan”. Kebaikan orang lain kepada diri kita “ditulis di atas batu” agar tidak mudah terhapus dari ingatan. Sebaliknya kebaikan kita “ditulis di atas tanah” agar mudah terhapus dari ingatan kita.

  3. Eling siapa diri kita untuk tujuan jangan sampai bersikap sombong atau takabur. Selalu mawas diri atau mulat sarira adalah cara untuk mengenali kelemahan dan kekurangan diri pribadi dan menahan diri untuk tidak menyerang kelemahan orang lain. Sebaliknya selalu berbuat yang menentramkan suasana terhadap sesama manusia. Selagi menghadapi situasi yang tidak mengenakkan hati, dihadapi dengan mulat laku satrianing tanah Jawi ; tidak benci jika dicaci, tidak tidak gila jika dipuji, teguh hati, dan sabar walaupun kehilangan.


WASPADA


  1. Waspada akan hal-hal yang bisa menjadi penyebab diri kita menjadi hina dan celaka. Hina dan celakanya manusia bukan tanpa sebab. Semua itu sebagai akibat dari sebab yang pernah manusia lakukan sendiri sebelumnya. Hukum sebab akibat ini disebut pula hukum karma. Manusia tidak akan luput dari hukum karma, dan hukum karma cepat atau lambat pasti akan berlangsung. Sikap waspada dimaksudkan untuk menghindari segala perbuatan negatif destruktif yang mengakibatkan kita mendapatkan balasannya menjadi hina, celaka dan menderita. Misalnya perbuatan menghina, mencelakai, merusak dan menganiaya terhadap sesama manusia, makhluk, maupun lingkungan alam.

  2. Waspada, atas ucapan, sikap dan perbuatan kita yang kasat mata yang bisa mencelakai sesama manusia, makhluk lain, dan lingkungan alam.

  3. Waspada terhadap apapun yang bisa menghambat kemuliaan hidup terutama mewaspadai diri sendiri dalam getaran-getaran halus. Meliputi solah (perilaku badan) dan bawa (perilaku batin). Getaran nafsu negatif yang kasar maupun yang lembut. Mewaspadai apakah yang kita rasakan dan inginkan merupakan osiking sukma (gejolak rahsa sejati yang suci) ataukah osiking raga (gejolak nafsu ragawi yang kotor dan negatif). Mewaspadai diri sendiri berati kita harus bertempur melawan kekuatan negatif dalam diri. Yang menebar aura buruk berupa nafsu untuk cari menangnya sendiri, butuhnya sendiri (egois), benernya sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus mewaspadai diri pribadi dari nafsu mentang-mentang yang memiliki kecenderungan eksploitasi dan penindasan : adigang, adigung, adiguna. Dan nafsu aji mumpung: ing ngarsa mumpung kuasa, ing madya nggawe rekasa, tutwuri nyilakani.

  4. Waspada dalam arti cermat membaca bahasa alam (nggayuh kawicaksananing Gusti). Bahasa alam merupakan perlambang apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bencana alam bagaikan perangkap ikan. Hanya ikan-ikan yang selalu eling dan waspada yang akan selamat.


Esensi dari sikap eling dan waspada adalah berfikir, berucap, bersikap, bertindak, berbuat dalam interaksi dengan sesama manusia, seluruh makhluk, dan lingkungan alam dengan sikap keluhuran budi, arif dan bijaksana. Mendasari semua itu dengan “agama universal” yakni cinta kasih sayang berlimpah. Menjalani kehidupan ini dengan kaidah-kaidah kebaikan seperti tersebut di atas, diperlukan untuk menghindari hukum karma (hukum sebab-akibat) yang buruk, dan sebaliknya mengoptimalkan “hukum karma” yang baik. Hukum karma, misalnya seperti terdapat dalam ungkapan peribahasa ; sing sapa nggawe bakal nganggo, siapa menanam akan mengetam, barang siapa menabur angin akan menuai badai. Dalam kondisi alam bergolak, hukum karma akan mudah terwujud dan menimpa siapapun. Kecuali orang-orang yang selalu eling dan waspada. Karena kebaikan-kebaikan yang pernah anda lakukan kepada sesama, kepada semua makhluk, dan lingkungan alam sekitar, akan menjadi PAGAR GAIB yang sejati bagi diri anda sendiri.

KSATRIA HATI

Melihat lebih luas pada hamparan pemikiran yang realistis.Saya meyakini falsafah sesepuh SH :Sekeras-kerasnya hati dan pribadi seseorang akan luluh juga jika di hadapi dengan kelembutan dan kasih sayang.
Tapi dimanakah falasafah ini sekarang berada ?di dalam hati sering datang danpergi,Nafsu ingin membunuhsering menghampiri…karena kenyataan dalam hidup ini.kalau tidakdiserang yang diserang,kalau menghindar itu butuhkesabaran,kalau tidakmenghindar pasti akan berlawanan……sebenarnyasikap seperti apa yang paling bijaksana sebagai seorang pesilat ketika menghadapi setiap permasalahan?
Saya coba untuk menterjemahkannya dengan segenap kemampuan ,walau ini tidak cukup untuk melampiaskan rasa jengkel.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya, terhadap para pendahulu ilmu beladiri,serta apa yangdiajarkan mereka, saya mencoba menulis apa yang saya bisa artikan sampai saat ini. Lagi pula, saya hanyalah manusia dalam perjalanan.
Pertama adalah saya sering kali mendengar banyak sekali ocehan gak jelas dariteman- teman saya, tentang gimana mereka bertahan kalau diserang. Dengan hormat terhadap kaum feminis, dan pemerhatikemanusiaan, perkelahian itu tidak mengenal belas kasihan, perkelahian itu bukan kompetisi dengansegala aturan.
Perkelahian adalah dimana makluk mengeluarkan insting dasar mereka untuk bertahan hidup, tidak ada lg batas halal atau haram,mereka akan mengoptimalkan seluruh potensi dirinya, untuk selamat.Bukan semata baku hantam bogem mentah, atau saling mengunci satu sama lain.Bayangkan sebuah tusuk gigi pun bisa melukai atau membunuh orang bila ditancapkan di mata atau bagian tubuh yang lunak. Itulah perumpamaan gue, tentang tidak terbatasnya bentuk cara melawan. Melihat segala situasi dan kondisi dan memanfaatkannya 100% demi kemenangan dan nyawa. Tidak ada benar atau salah, tidak ada curang atau jujur, tidak ada pengecut atau pemberani. Bahkan menjadi cukup berani untuk jadi seorang pengecut demi menyelamatkan pantat(nyawa) kitayangberharga.
Saya pernah mendengar bahwa manusia yang diberi talenta untuk berlidah tajam, akan menyerang dengan kata- kata pedasnya, lalu mereka berharap bahwa orang lain akan takluk setelah itu. Dengan hormat,kepada semua orang yang merasa bacotnyadapat menaklukkan orang cuma karena orang yang dibacotin tidak membalas,faktanya kata- kata hanyaakan melukai emosional. Apapun sumpah serapahyang diberikan, tidak akan merubah status apapun. Mereka yang berlidah tajam akan mudah ditaklukkan dan dibunuh, seperti rezim membungkam parademonstran.Karena pada dasarnya mereka membatasi instrumen bertahan dirinya, dan merasa orang yang bungkam tidak mampu mencelakakan mereka.Percayalah,saat tidak ada batasan hukum yang bisa melindungi kalian orang- orang berlidah tajam, maka kalian tak lebih dari krim yang dengan mudah dihancurkan. Jangan dorong orang ke titik itu.
Seorang dapat dengan mudah, dengan sombongnya menyuguhkan bentuk- bentuk indah dari beladiri, tp tanpa kejujuran, dan keefektifan, semua hanyalah omongkosong. Efektif dan jujur dalam bergerak, jangan berlebihan,janganterburu- buru, jangan aneh- aneh, selesaikan secepatnya, jangan membuatterlalu banyak bunga, ini bukan kontes keindahan. Bukan lg benar atau salah, tapi tepat atau tidak tepat. Lihat siapa musuhnya, dantaklukkandengan segala cara.
Mengapa beladiri itu bukan kompetisi? karenatidak ada kejujuran dalamkompetisi, pada satu titik beladiri harus mematikan lawan dengan caraapapun juga. Dengan kompetisi dan aturan,inti sari dari mengoptimalkan segala kemampuan menjadi hilang. Apakah mungkin untuk melakukan aksi menggigit bila sudah dalam posisi terkuncidalam kompetisi, atau menusuk mata dan hal lain yang sifatnya mematikan dalam sebuah iklim perlombaan ?
Orangyang hidup dalam jalanbeladiri mengerti bahwa mereka tidak boleh, tidakbisa dan tidak akanpernah membuka celah untuk serangan pada dirinya.Mereka secara rutin akan selalu memeriksa dirinya dan mencobameningkatkan kefektifandirinya. Mereka tidak akan memancing sebuahpermusuhan, karena mengertibahwa hal kecil akan bisa berkembang menjadibesar, sehingga berpeluanguntuk menjadi maut untuk dirinya. Merekatidak berteman, tidakberistri, tidak berhubungan dengan individu lainselain dirinya dantidak menciptakan keterikatan pada apapun, karenasadar bahwa setiapikatan dapat mencelakakan orang lain maupun dirinya.Sebagai contoh,mungkinkah seratus persen mengoptimalkan pertahanandiri, saat pikiranterpecah antara melindungi diri, atau melindungi yangdisayangi.
Hidup di jalan beladiri berarti 100% mengabdikan diri, segenap jiwa dan raga pada jalan ini. Seumur hidup mengasah diri

BUKAN SYIRIK

MAKNA DARI BARANG2 YANG HARUS DIBAWA SAAT PENGECERAN
Air bening,kain mori,suruh temu rose,menyan madu,lilin,uang logam,ketengan dan ayam jago yg sehat. Prosesi dam persyaratan tersebut bkanlah ritual klenik atau magis namun merupakan simbolis / perlambang, misalkan:
1. Air bening melambangkan sifat air itu sendiri di harapkan manusia SH dpt menyesuaikan diri dimanapon berada.
2. Kain Mori simbol kesucian dan di pakai di pinggang mengisyaratkan bahwa manusia SH itu sdh melilitkan kesucian.
3. Daun Sirih Temu Rose mela,bangkan ua sisi yg berbeda bila di gigit rasanya sama.
4. Menyan Madu melambangkan darah dan rasa yg harum mengisyaratkan bhwa manusia SH itu hrs mrmbawa harum perilaku di limgkungan sekitarnya.
5.Lilin melambangkan cahaya pelita di harapkan manusia SH itu dpt menjadi setitik penerang kehidupan walaupun akan luluh karena sinarnya.
6 Ayam Jago bahwa manusia SH itu membawa sifat Jago di atas Jago dlm arti mampu mngendalikan diri sendiri dpt menerima cacian maupun pukulan.
7. Uang Logam atau ketengan dari nilai nominal terkecil sampai paling besar melambangan bhwa manusia itu sekecil kecilnya pasti membawa makna /berarti dlm kehidupan bermasyarakat.

FOTO-FOTO PENGESAHAN WARGA BARU 2012





PSHT rayon pangkru

persaudaraan setia hati terate rayon pangkru
berawal dari keinginan pemuda pangkru-bendowulung, untuk mengadakan kegiatan kepemudaan muncul sebagai sosok yang membawa SH terate ke desa pangkru ialah mas Eko Budiono yang mempunyai profesi sebagai POLRI. keinginan untuk membina pemuda untuk menjadi rukun dan "mbeneh" sehingga menawarkan kelompok pemuda " HIMAPA" untuk mengadakan latihan pencak silat.
PSHT rayon pangkru berdiri pada tanggal 9 oktober 2011 . setelah berkoordinasi dengan teman seprofesi, ia adalah mas Yunan warga tahun 1996 menyepakati membuka latihan di pangkru dengan beberapa dulur2 diantaranya saudara Zidan (2000), saudara Wawan (2002), saudara kamsuri (2009), saudara didik (2009).dimulailah latihan pertama didesa pangkru,latihan perdana diikuti sekitar 50 siswa, sampai jenjang pengesahan tersisa 7 orang warga.
ketujuh orang warga itu adalah mas Eko Budiono,mas Sudiro, mas Muklis, mas Viali, Mas Aris, mbak Dessy, mbak Erna.
mulailah dibentuk kepengurusan organisasi PSHT desa pangkru dan susunan pengurus organisasi adalah sebagai berikut:
* pembina : mas Yunan
* penasihat : mas wawan
* ketua : mas Eko Budiono
* sekertaris : mas Viali
* bendahara : mbak Dessy
* seksi kepelatihan semua warga
semoga dengan bertambahnya rayon pangkru ini bisa memberikan sumbangsih yang berguna untuk masyarakat.
dengan motto " nglurug tanpo bolo, menang tanpo tanding " yang berarti kita maju menghadapi masalah tidak usah merepotkan dulur2, dan kita dapat menyelesaikan masalah tidak harus menggunakan otot( bertanding ) tetapi menggunakan musyawarah ( otak )".
sedangkan PSHT rayon pangkru mempunyai sebutan BEDESHT_LUWE ( bendowulung SH TERATE_dulur dewe)
semoga PSHT rayon pangkru bisa berkembang dan menciptakan manusia yang "mbeneh"